Awalnya, kasus ini dilaporkan sebagai bunuh diri, namun hasil otopsi mengindikasikan adanya kematian yang tidak wajar dengan tanda-tanda kekerasan seksual dan pembunuhan.
Kasus ini memicu kemarahan di seluruh India, terutama di kalangan tenaga medis dan aktivis perempuan. Ribuan dokter dan aktivis menggelar protes di beberapa kota besar seperti Kolkata, Delhi, dan Patna, menuntut keadilan serta perlindungan bagi tenaga medis dan perempuan di India.
Dr. Mridul, salah satu dokter yang turut serta dalam protes di Kolkata, menyatakan keprihatinannya atas insiden tersebut, mengatakan bahwa sangat tragis bahwa seorang dokter, yang seharusnya aman di tempat kerjanya, menjadi korban kekerasan brutal.
Federation of Resident Doctors Association (FORDA) kemudian menyerukan penghentian layanan rumah sakit di seluruh kota sebagai bentuk protes. Mereka juga mendesak pemerintah India untuk segera menerapkan undang-undang yang melindungi tenaga medis dari kekerasan.
Laporan awal menyebutkan bahwa tubuh korban ditemukan dengan luka parah dan terdapat sekitar 150 miligram sperma, menimbulkan dugaan bahwa korban diperkosa oleh lebih dari 20 orang. Namun, Komisaris Polisi Benggala Barat, Vineet Goyal, meminta masyarakat untuk tidak terbawa oleh spekulasi yang belum diverifikasi, seraya menegaskan bahwa Biro Investigasi Pusat (CBI) sedang menangani kasus ini.
Goyal juga menekankan bahwa kematian tidak wajar adalah istilah yang digunakan dalam penyelidikan kematian yang tidak alami, dan bukan berarti kasus ini secara otomatis dianggap sebagai bunuh diri.
Kasus ini terus diselidiki dengan masyarakat India yang menantikan hasil penyelidikan lebih lanjut. Desakan untuk mengungkap kebenaran dan menegakkan keadilan semakin menguat di seluruh negeri, terutama dalam konteks perlindungan tenaga medis dan perempuan.
