Wilvridus mengatakan, hal tersebut bukan saja melecehkan tetapi kental dengan aroma ‘permainan’ yang selama ini sudah menjadi anggapan banyak masyarakat bahwa proses seleksi Akpol tidak dilakukan secara transparan tetapi sarat kepentingan.
Atas kejadian lolosnya mayoritas Casis Akpol 2024 Polda NTT dari luar NTT ini menurut dia, harus jadi evaluasi Kapolri untuk membatalkan hasil seleksi tersebut dan memeriksa Kapolda NTT.
“Kejadian ini sangat melecehkan warga NTT. Mereka sama sekali tidak mewakili orang NTT, atau apakah mereka punya KTP NTT? Atau orangtuanya tinggal di NTT? Ini sudah pasti titipan dari mana-mana lalu masuk jadi jatah Polda NTT dan yang jadi korban adalah putra-putra daerah. Ini tidak benar dan kami minta Kapolri batalkan serta evaluasi atau audit seleksi Akpol di NTT ini,” ungkap Wilvridus kepada wartawan di Jakarta, Minggu (7/7/2024).
Ia menegaskan, kejadian seperti ini bukan sekali dua kali tetapi hampir dari tahun ke tahun seleksi Akpol fenomena titipan dari luar daerah itu banyak terjadi di NTT.
Pihaknya tidak yakin bahwa putra daerah asal NTT tidak memiliki kemampuan dan kapasitas yang cukup untuk lulus menjadi Akpol.
Hanya bedanya karena putra daerah mungkin tidak memiliki kekuatan lain untuk bisa lolos.
“Kalau seleksi masih seperti ini, ya jangan salahkan masyarakat untuk menilai bahwa seleksi Akpol ini ya banyak permainannya. Harus ada bakingan yang kuat bahkan kekuatan finansial. Ini harus jadi perhatian Kapolri. Bila perlu proses seleksi dari awal lagi sehingga muncul putra daerah asal NTT yang bisa lulus jadi Taruna Polri,” tegas Wilvridus.
Pihaknya juga memastikan akan mengawal kasus ini kepada Mabes Polri dengan mendesak Kapolri agar membatalkan hasil seleksi ini. Bahkan pihaknya meminta agar Kapolri memeriksa Kapolda NTT terkait proses seleksi ini.
“Kan lucu asal Polda NTT ada nama seperti Situmeang, Silitonga, Manurung, Silalahi dan juga Ketut. Ini buat kami orang NTT jadi marah juga karena kami seperti tidak dianggap. Negara ini semua kenal banyak intelektual itu asal NTT jadi kami pastikan anak-anak daerah NTT sangat siap bersaing jika prosesnya transparan,” tukasnya.
Adapun 11 Casis Akpol itu adalah Yudhina Nasywa Olivia (Wanita), Arvid Theodore Situmeang, Reynold Arjuna Hutabarian, Mario Christian Bernalo Tafui, Bintang Lijaya, Ketut Arya Adityanatha, Brian Lee Sebastian Manurung, Timothy Abisai Silitonga, Muhammad Rizq Sanika Marzuki, Madison Juan Raphael Karna Silalahi, dan Lucky Nuralamsyah. (Sumber : Voxntt).