DUNIAOBERITA - Perusahaan teknologi besar seperti Google baru-baru ini menginvestasikan triliunan rupiah di Singapura dan Malaysia untuk membangun pusat data dan fasilitas cloud.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Ketua Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) Hendra Suryakusuma menjelaskan bahwa berbagai kebijakan di Malaysia dan Singapura telah mendorong perkembangan pusat data di kedua negara tersebut.
Di Malaysia, misalnya, mereka memberikan banyak insentif bagi pelaku pusat data dan fokus pada area yang dirancang sebagai zona ekonomi khusus di bidang digital dengan insentif pajak. Bahkan, perusahaan yang menggunakan teknologi ramah lingkungan mendapatkan insentif tambahan.
"Di Indonesia, hal ini memang belum terjadi. Namun, jika pemerintah melalui RUU EBT (Rancangan Undang-Undang Energi Baru Terbarukan) yang saat ini sedang dibahas di Komisi VII DPR RI berhasil memberikan tambahan insentif dari sisi inisiatif hijau, itu akan sangat mendorong pertumbuhan industri pusat data di Indonesia yang saat ini tumbuh 20-30 persen per tahun," kata Hendra dalam acara Profit di CNBC Indonesia, Rabu (5/6/24).
Selain itu, dari sisi birokrasi, kedua negara tetangga Indonesia ini melakukan pemangkasan birokrasi yang memudahkan investasi bisnis masuk ke negara mereka. Di Malaysia, mereka bisa mendapatkan izin membangun hanya dengan menggunakan desain tingkat tinggi. Sementara di Indonesia, harus sampai pada desain rekayasa detail, yang memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Di sisi lain, jika Indonesia juga fokus pada energi terbarukan, banyak perusahaan berbasis di Amerika Utara dan Eropa Barat yang bersedia bekerja sama dalam pembangunan pusat data. Negara-negara tersebut fokus pada ESG (Environmental, Social, and Governance) dan berkomitmen pada Paris Accord, sehingga inisiatif terkait energi terbarukan dapat mendorong pertumbuhan industri pusat data.
"Banyak investor di Amerika Utara dan Eropa Barat fokus pada ESG sehingga mereka juga memperhatikan bagaimana energi yang digunakan di pusat data berasal dari sumber yang ramah lingkungan atau rendah emisi karbon," jelasnya.
Selama investor melihat bahwa negara stabil secara politik dan mendukung pertumbuhan industri dengan insentif pajak serta inisiatif hijau, mereka akan terdorong untuk masuk ke negara tersebut.