DUNIAOBERITA.COM - Stunting atau kekerdilan pada anak merupakan masalah serius yang masih menjadi perhatian di Indonesia.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi, mencapai 27,67 persen pada tahun 2020.
Upaya penanggulangan stunting terus dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai program, seperti peningkatan akses pada gizi yang baik dan seimbang, serta peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi sejak dini.
Salah satu penyebab stunting yang utama adalah kurangnya asupan gizi yang berkualitas dan seimbang pada anak. Selain itu, faktor lingkungan juga berperan penting dalam terjadinya stunting, seperti sanitasi yang buruk dan akses terbatas pada air bersih.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, Dosen dan Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Angkatan 43 Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang mengadakan kegiatan bakti sosial dan pengabdian kepada masyarakat di Balai Desa Padang, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Senin (13/03) lalu.
Hadir dalam acara tersebut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, dr. Slamet Widodo, dr. Ekayanti L., selaku dokter umum Puskesmas Tanggungharjo, Slamet Sanyoto, S.H., M.M. selaku Camat Tanggungharjo, Dr. Anggraeni Endah K., S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Hukum (MIH) Untag Semarang beserta jajarannya dan mahasiswa, Musafii selaku Kepala Desa Padang, Nanik Kusniwati, S.H. selaku Sekretaris Desa Padang, Perwakilan Polsek Tanggungharjo, Danramil Tanggungharjo, Perangkat Desa Padang dan juga ibu-ibu hamil dan menyusui.
Kaprodi MIH Untag Semarang, Dr. Anggraeni Endah K., S.H., M.Hum., dalam sambutannya menyampaikan bahwa salah satu wujud pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi yaitu dengan melakukan bakti sosial dan pengabdian kepada masyarakat.
"Bakti sosial dan pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh Dosen dan Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Untag Semarang," jelas Anggraeni sapaan akrabnya.
“Program bakti sosial ini selain untuk membagikan sembako kepada masyarakat, juga bertujuan memberikan sosialisasi terkait dengan pemberian gizi yang baik kepada bayi supaya tidak mengalami stunting," tambahnya.
Oleh karena itu, penanganan stunting harus dilakukan secara komprehensif, meliputi aspek gizi, lingkungan, serta pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat.
Masih banyak di daerah Grobogan yang memiliki kasus stunting yang tinggi, terbukti di Desa Padang masih terdapat 34 anak yang mengalami stunting.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan dr. Slamet Widodo menyampailan bahwa Desa Padang pada tahun 2020 pernah menjadi desa locus stunting dengan total 51 balita.
"Jumlah balita stunting di desa Padang mengalami penurunan 14 persen dari 51 anak menjadi 34 anak pada tahun (2020-2022) dari total balita 350," terang dr. Slamet Widodo.
Namun, untuk memangkas angka stunting tersebut lebih jauh, masih diperlukan diberikan pengetahuan tambahan kepada ibu-ibu hamil di Desa Padang supaya angka tersebut mencapai 0.
"Pencegahan stunting salah satunya dapat dilakukan dari makanan pendamping dan stimulasi, protein hewani tinggi, dan gizi yang diperhatikan," lanjutnya.
Beliau menghimbau kepada semua ibu-ibu untuk selalu memperhatikan gizi anak-anaknya dan selalu diberikan makanan yang berprotein.
Dalam kesempatan yang sama, Camat Tanggungharjo, Slamet Sanyoto, S.H., M.M. menambahkan selain menanggulangi faktor langsung dari stunting, kita juga harus memperhatikan faktor tidak langsung dari stunting seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
"Jika STBM sudah bagus, maka balita juga akan mendapatkan air bersih yang akan ikut meningkatkan sistem imunitas balita terhadap sakit dan infeksi," jelas Slamet Sanyoto.
YUK❗ BACA BERITA MENARIK LAINNYA DARI DUNIAOBERITA.COM DI GOOGLE NEWS