Menurut Jokowi, masalah ini disebabkan oleh penerbitan terlalu banyak instrumen keuangan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Bank Indonesia (BI), seperti Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI).
"Saya harap pembelian SBN maupun SRBI tidak mendominasi agar sektor riil tetap bisa tumbuh lebih baik dibanding tahun lalu," ujar Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Kantor Pusat BI, Jakarta, dikutip CNBC Indonesia, Minggu (19/05/24).
Kekhawatiran Jokowi terbukti benar. Tahun ini, likuiditas menjadi perhatian utama para bankir. Di tengah era suku bunga tinggi yang diperkirakan akan bertahan lama, persaingan untuk mendapatkan dana menjadi semakin sengit.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso, menyatakan bahwa kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur April 2024 memicu persaingan likuiditas perbankan. "Kenaikan suku bunga adalah keputusan yang logis dan rasional, namun menimbulkan tantangan dalam hal likuiditas," katanya dalam paparan kinerja kuartal I-2024.
Meskipun demikian, Sunarso memastikan bahwa BRI masih memiliki likuiditas yang cukup untuk ekspansi kredit.
"BRI akan mempertahankan rasio kredit terhadap simpanan (LDR), namun bukan berarti kami akan mengerem penyaluran kredit," tambahnya.
Per Maret 2023, rasio LDR BRI tercatat 83,78%, turun 148 basis poin dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Novita Widya Anggraini, mengatakan likuiditas menjadi fokus utama BNI tahun ini. Untuk menjaga likuiditas, BNI memprioritaskan peningkatan dana murah (CASA) dengan mengoptimalkan layanan digital seperti BNI Mobile Banking dan BNI Direct.
"Dengan fokus pada penguatan likuiditas, alokasi aset yang optimal, dan strategi pendanaan yang tepat, BNI yakin kinerja akan tetap stabil menghadapi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang untuk memberikan nilai terbaik bagi nasabah dan stakeholder," ujarnya. Per Maret 2024, LDR BNI naik menjadi 89,01%, meningkat 358 basis poin dari sebelumnya.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk juga merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini. Direktur Utama Nixon L.P. Napitupulu menyatakan, "Kami menargetkan pertumbuhan kredit sama seperti tahun lalu karena ketatnya likuiditas di pasar. Jika situasi dana membaik, kami akan meningkatkan target kredit."
Per Maret 2024, LDR BTN naik 244 basis poin menjadi 96,23%.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat pertumbuhan dana non-DPK kembali naik pada Februari 2024, meningkat 5,38% yoy, dengan kontribusi terbesar dari pinjaman/pembiayaan yang diterima dan kewajiban bank lain.
Sementara itu, DPK perbankan tumbuh 7,4% yoy, sedangkan kredit naik 12,4% yoy pada bulan kedua tahun ini.