Oleh: Saiful Huda Ems.
Semakin kesini semakin saya lihat banyak keteledoran yang dilakukan oleh Presiden Jokowi, dan saya perhatikan Presiden Jokowi rupanya lebih mementingkan politik kekuasaan daripada pendidikan politik yang baik dan benar bagi rakyat itu sendiri. Padahal apa artinya berkuasa jika rakyat terus terkondisikan untuk bertambah bodoh dan menderita? Seperti yang terjadi baru-baru ini, apa artinya kaderisasi parpol, jika kemudian yang dipilih jadi Ketua Umum Parpolnya orang luar yang gak punya pengalaman jadi kader Parpol?.
Sudah triliunan rupiah dana APBN digelontorkan untuk mendanai Parpol agar pendidikan politik dan kaderisasi internal parpol berjalan dangan baik, namun ternyata semua itu diberangus oleh munculnya politisi-politisi karbitan yang hanya bermodal uang maupun popularitas bapaknya. Saya yang berpuluh tahun bertarung hidup untuk turut serta memperbaiki kehidupan politik di negeri ini sangat tersinggung dengan semua ini ! Bahkan jujur, aslinya saya tersinggung sejak lama seperti ketika saya dan kawan-kawan di Ormas HARIMAU JOKOWI melawan habis-habisan para politisi penebar hoax, namun mereka malah diberi anugerah Bintang Mahaputra Nararya oleh Presiden Jokowi, yakni Fadli Zon dan Fahri Hamzah.
Apakah Presiden Jokowi lupa bahwa penebar hoax itu pelaku Pidana yang seharusnya dipenjara dan bukan malah diberi anugerah Bintang Mahaputra Nararya? Apakah Presiden Jokowi akan terus-terusan bersikap sembarangan seperti itu, hanya gara-gara Presiden Jokowi berkeyakinan para relawannya tidak bakalan melawannya, karena di sebrang sana ada berjuata Kaum Cuti Nalar (Pengusung Sistem Khilafah) yang siap kapanpun saja menumbangkan Pemerintah dan menguasai negara dan kami pasti tak akan mau mendukung mereka?.
Presiden Jokowi terlalu tega "menggadaikan" idealisme kami, darah juang kami demi untuk masa depan Politik Dinasti keluarganya sendiri, hanya karena Jokowi tau kami semua tak akan sudi dan tak akan pernah mau menyatu dengan kaum di seberang sana yang kerap cuti nalar, mengabaikan rasio, mengabaikan logika dan yang lebih banyak diperbudak oleh nafsu kebencian?!.
Sejak lama sejatinya saya sebagai Ketua Umum Ormas HARIMAU JOKOWI merasakan beberapa kejanggalan dengan apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi, yang lebih kerap mengapresiasi lawan-lawan politiknya daripada mengapresiasi para pendukungnya sendiri. Untuk itu mungkin masih ada yang pernah mengingat, saya pernah mewacanakan perubahan nama Ormas HARIMAU JOKOWI dengan nama HARIMAU PERUBAHAN. Itu sesungguhnya merupakan bentuk protes dan teguran senyap saya pada Presiden Jokowi yang mulai teledor !.
Namun sayang, setahun lebih kemudian partai-partai pengusung Bacapres Anies Baswedan mengusung jargon Perubahan, hingga akhirnya HARIMAU PERUBAHAN saya kembalikan lagi ke nama aslinya semula, yakni HARIMAU JOKOWI agar kami tak digolongkan sebagai simpatisan Anies Baswedan, dan tampil kembali untuk menutup kelemahan Jokowi yang tidak pernah benar-benar serius melindungi para pendukungnya dari pelaku hoax, intimidasi, persekusi dan political bullying.
Merangkul musuh memang mulia dan hanya bisa dilakukan oleh orang yang berjiwa mulia, namun merangkul musuh dan mengapresiasinya, sedangkan mereka memiliki rekam jejak panjang sebagai pelaku pidana, penghianat reformasi '98 dan yang bolak-balik sikap-sikap politiknya nyaris membuat bangsa ini terpecah belah, saya pikir itu adalah tindakan teledor yang semestinya harus kita koreksi bersama, apapun resikonya ! Saya menyinyai Presiden Jokowi, namun saya lebih menyintai rasionalitas, kebenaran dan keadilan !.
Terakhir, tolong sampaikan pada Grace Natalie bahwa saya siap berdebat terbuka dengannya untuk soal Pemilihan Ketum Partai Politiknya yang sembarangan dan menciderai akal sehat rakyat !...(SHE).
26 September 2023.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer, Pengamat Politik, Aktivis '98 yang menjadi Ketua Umum Ormas HARIMAU JOKOWI sejak tahun 2018 sampai sekarang.