"Karena ini adalah sebuah tragedi, kita tidak tahu salahnya apa, tapi yang jelas memang penangkapan itu terkesan seperti menangkap penjahat kelas kakap, dimana ketika sampai di kantor kepolisian, dia ditutup matanya dan diborgol," katanya.
Bahkan Munarman diperlakukan persis seperi teroris.
"Mungkin diperlakukan persis sebagai seorang teroris padahal kita tau bahwa yang disangkakan pun belum terlalu jelas ya, yaitu kejadian-kejadian yang lampau, itu pun judulnya baiat dan sebagainya," ujar Refly.
Lagi-lagi, kata Refly, hal ini dicari hubungan kausalitas atau sebab akibatnya.
"Lagi-lagi dicari hubungan kausalitas yang menurut saya sukar menjelaskannya antara satu perbuatan dan perbuatan lainnya. Walaupun sebenarnya banyak yang berkomentar misalnya mencurigai bahwa Munarman, FPI, HRS, memang bila perlu diteroriskan," tandasnya.
Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa tujuan dari penangkapan itu bisa saja untuk mengalihkan perhatian dari kasus sesungguhnya yaitu kasus penembakan Laskar FPI.
"Entah apa tujuannya, mungkin untuk juga mengalihkan perhatian dari pada kasus yang sesungguhnya misalnya bagaimana penanganan enam (6) laskar FPI yang sampai sekarang tersangkanya bahkan ditahan pun tidak, karena dianggap kooperatif, what hahahahaha luar biasa," sambung dia.